Konsumsi teh ( Camelia sinensis ) di Indonesia sampai saat ini hanya 340 gram/kapita/tahun atau setengah cangkir per orang per hari, merupakan yang terendah dibandingkan dengan masyarakat di Negara-negara produsen teh lainnya. Padahal, teh Indonesia ini berpotensi lebih menyehatkan dibandingkan dengan teh dari Negara-negara produsen teh lainnya. Hal ini dikarenakan teh Indonesia memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi terutama total katekin yang hampir setengahnya adalah berupa epigallocatechin gallate (EGCG) yang sangat bermanfaat untuk kesehatan termasuk sebagai anti-virus. Standar Nasional Indonesia, SNI 3945:2016 untuk Teh Hijau, dan SNI 1902:2016 untuk Teh Hitam, mensyaratkan kandungan minimal antioksidannya lebih tinggi dari ISO. EGCG adalah komponen katekin utama pada teh yang terbukti memiliki aktivitas antivirus terhadap berbagai virus DNA dan virus RNA. EGCG mampu menghambat tahap awal infeksi, seperti pelekatan, masuk, dan fusi membran, dengan mengganggu protein membran virus. Dengan demikian, di masa pandemi virus ini, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan konsumsi teh produksi Indonesia sendiri, dari rata-rata setengah cangkir per orang per hari menjadi tiga cangkir teh per orang per hari agar tetap sehat dan bugar, terhindar dari wabah virus.