Teknologi aspal karet dirintis oleh peneliti dari Pusat Penelitian Karet (PPK), PT Riset Perkebunan Nusantara yang bernama Henry Prastanto, ST, M.Eng. Pria kelahiran Boyolali ini mulai mengembangkan teknologi aspal karet sejak tahun 2010 hingga sekarang. Menurut Henry aspal karet adalah aspal yang ditambahkan bahan aditif berupa karet, diharapkan penambahan karet kedalam aspal dapat memperbaiki beberapa parameter yakni naiknya titik lunak/lembek, elastisitas, dan kelengketan sehingga aspal menjadi lebih awet.
Henry mengungkapkan bahwa teknologi aspal karet bukanlah sesuatu yang baru, sebelumnya peneliti Senior PPK pernah mengembangkan aspal karet, namun masih banyak kendala sehingga tidak diaplikasikan secara luas. Seiring dengan perkembangan teknologi, dan adanya tuntutan dari Pemerintah untuk meningkatkan konsumsi karet alam, akhirnya Henry dan timnya berdiskusi dengan Peneliti Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan (PUSJATAN) di Bandung. Ini dilakukan agar karet yang akan dicampurkan ke aspal menjadi lebih tahan panas dan tahan oksidasi, selain itu juga lebih gampang dicampurkan kedalam aspal dan lebih aman.
Akhirnya ditemukanlah karet yang cocok diaplikasikan kedalam aspal yakni “lateks pra-vulkanisasi”. Hasil uji lateks pra-vulkanisasi ternyata lebih bagus dari pada produk sebelumnya, sehingga dilakukan aplikasi uji gelar aspal karet di daerah Lido-Bogor. Selanjutnya Kementerian Perindustrian bekerjasama dengan PPK dengan menggunakan teknologi masterbatch (karet yang sudah dipremix dengan aspal), teknologi inipun telah diuji gelar pada September 2017 yang lalu di Sawangan-Depok. Namun Henry bersama timnya menilai bahwa biaya produksi masterbatch lebih mahal dari pada lateks. Akhirnya Henry bersama tim yang dibentuk oleh Kementerian Perindustrian bersama dengan PUSJATAN meluncurkan lagi teknologi lain yakni teknologi Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT) yang terbuat dari karet alam mentah padat dicampurkan dengan campuran serbuk ban yang telah diaktivasi, dan teknologi SKAT pun sudah diuji gelar di Karawang.
Contoh Aspal Karet yang Digelar di Jalan Raya
Henry mengungkapkan bahwa, Ia dan timnya telah memperkenalkan tiga teknologi aspal karet yang memiliki jenis kegunaan yang berbeda, seperti 1) lateks pra-vulkanisasi yang dinilai paling mudah, paling murah, dan hasilnya lebih bagus, serta cocok untuk jenis jalanan yang rapat atau dense, adapula 2) Teknologi Masterbatch yang juga bagus untuk jenis jalan yang rapat atau dense, 3) Teknologi Serbuk Karet Alam Teraktivasi (SKAT) dari limbah ban dan fresh rubber yang bagus untuk jenis jalanan gap atau berongga. Henry juga mengungkapkan bahwa Ia dan timnya mendapatkan pendanaan dari Kementerian Ristek-DIKTI untuk pengadaan alat-alat pilot plan pembuatan aspal karet.
Henry Prastanto S.T, M.Eng., Peneliti Pada Pusat Penelitian Karet, PT RPN
Henry menilai, aspal karet juga lebih unggul dari pada aspal biasa karena titik lelehnya lebih tinggi, dan jika terkena sinar matahari panas tidak meleleh dan lebih stabil sehingga; tidak cepat pecah, tidak cepat bergelombang dan tidak cepat terkikis. Aspal karet juga lebih lengket dan lebih flexible sehingga dapat mengurangi keretakan akibat beban berlebih. Hasil uji juga menunjukan bahwa aspal karet memiliki tingkat keawetan 1,5-2 kali lebih awet dibandingkan dengan aspal biasa. Keuntungan lain dari penggunaan aspal karet adalah meningkatkan konsumsi karet nasional sehingga diharapkan dapat meningkatkan harga karet petani. Konsumsi aspal di Indonesia sebanyak 1,6 juta ton aspal pertahun, dan jika menggunakan sekitar 5-7 persen karet pada aspal, berarti potensi penyerapan penggunaan karet alam sebesar 80-122 ribu ton pertahun.
Dalam hal harga, aspal karet memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan aspal biasa. Ada penambahan harga sebesar 20 persen dalam pengaplikasiannya. Namun karena aspal karet dapat 1,5- 2 kali lebih awet, penambahan harga sebesar 20 persen dirasa tidak signifikan. Belum lagi dampak kerugian ekonomi karena pengaspalan ulang. Pengaspalan pada aspal biasa perlu dilakukan dua kali dalam lima tahun, namun pada aspal karet hanya sekali dalam lima tahun. Hal tersebut membuat aspal karet dinilai lebih ekonomis daripada aspal biasa, belum lagi kerugian sosial yang dirasakan masyarakat karena kemacetan kerap terjadi dimana-mana pada saat pengaspalan. Salah satu alternatif untuk menekan biaya adalah dengan pengurangan ketebalan atau “reduce thickness” pada aspal karet mengingat mutu aspal karet yang lebih baik daripada aspal biasa, misalnya dari 5 cm menjadi 3-4 cm. Cara ini dapat membuat pengaspalan menjadi lebih tipis dan lebih murah, sehingga harga per meter perseginya akan kompetitif dibandingkan dengan aspal biasa.
Henry menambahkan bahwa PPK sudah memiliki miniplant yang dapat memproduksi sampai dengan 2 ton lateks pravulkanisasi perhari untuk pembuatan 28,5 ton aspal karet, jika dikonversi ke jalan dapat digelar sepanjang kurang lebih 500 meter. “Jika ada yang berminat untuk bekerjasama, atau tertarik menggunakan teknologi kami dapat menghubungi kami di Pusat Penelitian Karet-Bogor” ujar Henry. Untuk skala besar, Henry berharap suatu saat ada investor yang tertarik untuk membangun pabrik dengan skala yang lebih besar, sehingga kapasitas produksinya dapat ditingkatkan.
Keren dan infonya bermanfaat ???
terimakasih.. tahun ini di implementasikan di sumsel 8,3 km. pemda2 sumsel dan jambi juga berencana mengimplementasikan.. bahkan sebagian jalan dalam istana merdeka jakarta juga sudah menggunakan aspal karet
Luar biasa, semoga aspal karet dapat meningkatkan konsumsi karet alam di Indonesia, agar harganya bisa stabil dan petani karet lebih sejahtera
Terima kasih, semoga bermanfaat buat pembaca
Informasinya sangat menarik. ??
terima kasih semoga bermanfaat
Semoga aspal karet bisa diadopsi di jalanan Indonesia agar tidak cepat berlubang
aamiin..
https://m.youtube.com/watch?v=qBR-zrxHXuQ
aspal karet…
https://m.youtube.com/watch?v=SgWcspt-3r0
aspal karet di sawangan depok..
Mantap..perlu dikembangkan lagi dan penambahan kapasitas produksi aspal karet
[…] Sumber : https://deplantation.com/inovasi-dan-teknologi/2018/02/aspal-karet-lebih-unggul-dari-pada-aspal-bias… […]
Inovasinya keren dan bermanfaat Pak. Saya berencana melakukan penelitian Tesis terkait campuran beraspal dengam modifier karet berbasis SKAT. Namun masih bingung harus dengan siapa saya berkonsultasi tentang tata cara pencampuran dan bagaimana menentukan persentase yang tepat. Terkait hal tersebut mohon kiranya Bapak dapat mengarahkan kepada siapa saya dapat belajar dan berkonsultasi. Terima kasih banyak Pak. ??