Selama lima tahun terakhir ini industri karet alam mengalami pelemahan  yang disebabkan oleh rendahnya harga karet, kurangnya pemeliharaan kebun, serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis, dampak pandemi, serta perubahan iklim yang berimplikasi pada rendahnya produksi karet sehingga menyebabkan pabrik karet kekurangan bahan baku dan akhirnya menurunkan volume ekspor karet. Selain itu, regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) telah menjadi tantangan lain bagi keberlanjutan industri karet alam nasional. Di sisi lain, proyeksi jangka panjang menunjukkan adanya kemungkinan peningkatan harga dan  permintaan karet alam. Oleh karena itu, langkah strategis yang dapat diambil untuk mempertahankan keberlanjutan industri karet alam antara lain: peremajaan karet dengan menerapkan good agricultural practices (GAP); memulihkan produksi dan produktivitas karet melalui upaya pengendalian penyakit gugur daun Pestalotiopsis dan perbaikan penyadapan; melakukan upaya perbaikan harga karet di tingkat petani dengan cara meningkatkan fungsi UPPB dan mendorong berkembangnya industri hilir dalam negeri; penyusunan sertifikasi “Indonesian Sustainable Natural Rubber” dalam upaya memenuhi persyaratan EUDR; serta penguatan riset dan pengembangan industri hilir karet alam dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk karet alam Indonesia.

Download

Artikel SebelumnyaStrategies for Elevating the Global Standing of Indonesia’s Tea Industry: Insights for Sustainable Growth
Artikel SelanjutnyaPotensi Besar Intercropping Padi Gogo di Lahan Sawit, Solusi Jitu untuk Ketahanan Pangan Nasional

TINGGALKAN KOMENTAR

Mohon masukkan komentar Anda
Mohon masukkan nama Anda