Deplantation.Com, Bogor – Beragam cara dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit, baik dari segi pemupukan, pemeliharaan, maupun peningkatan sarana produksi. Terobosan baru melalui kultur jaringan teknologi SE kelapa sawit dengan sistem Temporary Immersion System (TIS) atau sistem perendaman sesaat, berhasil dikembangkan oleh Ir. Sumaryono, MSc, Dr. Imron Riyadi, MSi, dan Dr. J.S. Tahardi dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI), bekerja sama dengan PT Sampoerna Agro. Teknologi SE kelapa sawit yang dikembangkan oleh Sumaryono dan tim terbukti menghasilkan bibit klonal kelapa sawit dengan tingkat abnormalitas pembungaan sangat rendah, kurang dari 1%.  Penggunaan bibit kultur jaringan dengan sumber tanaman kelapa sawit (ortet) unggul dapat meningkatkan produktivitas 20-30 persen.

Diutarakan oleh Sumaryono, sebelumnya teknologi SE kelapa sawit pernah dikembangkan oleh PPKS, BPPT, Sinarmas dan Wilmar, namun semuanya masih menggunakan teknologi dari luar negeri. “Mau tidak mau kita harus mengembangkan teknologi sendiri, kecuali kalau kita memang ingin membeli teknologi yang sudah jadi” ujarnya. Dilihat dari unsur kebaruan teknologi SE kelapa sawit menggunakan TIS di Indonesia dikembangkan pertama kali oleh tim peneliti dari PPBBI dengan teknologi yang diciptakan sendiri, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas.


Ir. Sumaryono, M.Sc, Peneliti pada Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia

Masalah utama pada kultur jaringan tanaman kelapa sawit adalah terjadinya abnormalitas pembuahan terutama terbentuknya buah bersayap (mantled fruits) yang mengakibatkan tidak ada minyak di dalam buah sehingga dapat menurunkan produktivitas CPO. Meski dalam beberapa kasus masih terdapat abnormalitas organ reproduktif pada tanaman hasil kultur jaringan, namun bibit hasil kultur jaringan dengan teknologi SE-TIS PPBBI yang diuji-lapang di PT SA terbukti mampu mengurangi abnormalitas menjadi sangat rendah, kurang dari 1%.

 Bahasa sederhana dari teknologi kultur jaringan adalah mirip dengan fotokopi.  Bila kita memfotokopi induk yang bagus maka hasil bibitnya juga akan bagus. Sejauh ini pohon induk (ortet) berasal dari perusahaan yang memiliki pohon induk unggul. “Kami hanya menyediakan jasa lab, teknologi dan tenaga expertise/peneliti karena kami belum memiliki pohon induk” ujar Sumaryono. Misalnya, baru-baru ini, PPBBI menjalin kerja sama dengan PT Astra Agro Lestari (AAL) untuk memproduksi bibit kultur jaringan menggunakan ortet unggul dari AAL.

Melihat besarnya peningkatan produktivitas yang dapat dihasilkan dari teknologi SE kelapa sawit, Sumaryono menghimbau agar sebagian areal kelapa sawit di Indonesia beralih menggunakan benih kultur jaringan, yang telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas 20-30 persen. Hal ini pun sudah mendapatkan angin segar dari PTPN (III) Holding yang akan mengembangkan teknologi SE kelapa sawit di PTPN 6 Jambi dengan membangun lab dengan kapasitas 200 ribu bibit per tahun. Selanjutnya, bila ada yang ingin bekerja sama untuk pengembangan teknologi SE kelapa sawit dapat menghubungi PPBBI dengan menyediakan pohon induk (ortet) unggul, dan bibit unggul kultur jaringan yang dihasilkan dapat digunakan untuk pemakaian sendiri ataupun untuk dikomersialkan.

Artikel SebelumnyaKuliah Umum IPB “Merebut Masa Depan Desa”
Artikel SelanjutnyaAspal Karet Lebih Unggul dari pada Aspal Biasa

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Mohon masukkan komentar Anda
Mohon masukkan nama Anda