Perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang akibat perubahan iklim telah menimbulkan efek yang serius terhadap sektor pertanian dan perkebunan. Dalam pengembangan budidaya hortikultura dan perkebunan, dampak perubahan iklim berupa peningkatan frekuensi iklim yang dapat menyebabkan banjir dan kekeringan, peningkatan suhu udara dan permukaan laut, perubahan curah hujan, meningkatnya potensi serangan OPT, dan sebagainya dapat mempengaruhi produktivitas dan praktik budidaya yang dilakukan termasuk didalamnya adalah kegiatan pemupukan.

Pupuk adalah input produksi penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk saat ini disinyalir terus meningkat dengan tujuan mendapatkan produksi lebih tinggi. Namun demikian, peningkatan dosis pupuk tidak sebanding dengan peningkatan produktivitas tanaman. Salah satu penyebabnya adalah ketidakseimbangan hara pada tanah dan waktu pemupukan yang tidak tepat dimana akan menyebabkan pemupukan tidak efektif dan efisien.

Teknologi 4.0 di bidang pertanian menjadi sesuatu hal penting untuk menghadapi perubahan iklim. Teknologi berkembang dengan tujuan untuk menghindari risiko-risiko kerugian dalam budidaya pertanian yang berkaitan dengan perubahan iklim seperti gagal tanam dan serangan hama.

Kebutuhan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim dapat berupa prediksi cuaca, jumlah air, kondisi tanah dengan pemasangan sensor, waktu pemupukan yang tepat dan jumlah pemupukan, serta cara menghadapi dan menangani serangan hama. Informasi yang didapat melalui sensor tersebut harus dapat dipahami oleh petani dan dapat diakses secara realtime. Selain digunakan untuk mendukung budidaya, teknologi smart farming bisa diterapkan juga sebagai penduga emisi gas rumah kaca.

Berdasarkan hal tersebut PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) yang merupakan perusahaan riset dalam bidang perkebunan berbagai komoditas (kelapa sawit, karet, tebu, kopi, kakao, dan teh) telah menyelenggarakan workshop Agroklimatologi dan Rekomendasi Pemupukan Komoditi Perkebunan pada tanggal 10 hingga 14 Juli 2023. Workshop ini dihadiri oleh kurang lebih 40 peserta dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Pusat Penelitian Karet (PPK), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI), Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) dan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) baik secara online  ataupun offline.

Dalam acara pembukaan workshop, Direktur PT RPN mengatakan bahwa saat ini telah terjadi penurunan produktivitas hasil di berbagai komoditas yang diakibatkan karena perubahan iklim, oleh karena itu sebagai sebuah perusahaan berbasis riset yang memiliki peneliti-peneliti handal dibidang agroklimatologi, agronomi dan lain-lain, sehingga PT RPN harus menjadi rujukan untuk aksi korporasi terutama terkait dengan pengadaan pupuk. Rekomendasi pemupukan yang dikeluarkan oleh PT RPN harus mampu menurunkan anggaran pengelolaan untuk kegiatan pemupukan ini. Oleh karena itu perlu adanya kolaborasi dan sinergi peneliti antar Puslit dalam mendukung kegiatan pelayanan rekomendasi pemupukan berbagai komoditas terkhususnya di PTPN.

Profesor riset di bidang kesuburan dan biologi tanah PPKS, Prof. (Ris) Ir. Didiek Hadjar Goenadi, M.Sc., PhD.,INV, menyatakan bahwa pemupukan merupakan upaya pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan produksi secara maksimal sejumlah yang tidak dapat di penuhi oleh tanah, sehingga pengetahuan mengenai keragaman sifat kimia tanah dan umur serta jenis tanaman sangat menentukan pola kebutuhan nutrisi tanaman dan jumlah pupuk. Kebutuhan pupuk dapat diukur dengan pendekatan kuantitatif dan empiris melalui analisis tanah dan daun.

Dalam workshop kali ini juga perwakilan peneliti dari pusat penelitan lingkup PT RPN memberikan pemaparan mengenai rekomendasi pemupukan yang efektif serta pengaruh iklim untuk berbagai komoditas yaitu kelapa sawit, karet, tebu, kopi, kakao dan teh. Pada prinsipnya faktor iklim (curah hujan, temperature, angin, kelembaban dan cahaya matahari) sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan rekomendasi pemupukan.

Pemupukan untuk berbagai komoditas memiliki beberapa persamaan yang harus diperhatikan, yakni perlu melakukan analis tanah, daun dan dan faktor lainnya (kondisi tanaman, produktivitas, kondisi naungan, kemiringan, dan iklim) sebelum memberikan rekomendasi pupuk yang tepat, perlu memperhatikan 5 prinsip pemupukan (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat formula), rekomendator harus menggunakan pengalaman dan informasi lainnya yang mendukung, dan perlu adanya input teknologi untuk mengefektivkan dan mengefisienkan kegiatan pemupukan.

Selain materi yang disampaikan oleh peneliti pusat penelitian lingkup PT RPN, materi juga disampaikan oleh para pakar dari IPB University, yakni Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr  yang memaparkan mengenai salah satu teknologi yang digunakan untuk mengidentifikasi tutupan lahan kelapa sawit berbasis machine learning, dan Prof. Dr. Ir Suwarto, M.Si yang memberi paparan mengenai pemeodelan untuk penentuan dosis pupuk N,P,K,Mg yang optimum.

Tindak lanjut workshop Agroklimatologi dan Rekomendasi Pemupukan Komoditi Perkebunan ini adalah pembuatan buku SOP mengenai rekomendasi pemupukan untuk komoditas kelapa sawit, karet, kopi, kakao, tebu, dan teh sebagai acuan dalam pemberian rekomendasi pemupukan pada klien PT RPN.

Artikel SebelumnyaDampak Impor Terhadap Swasembada Gula
Artikel SelanjutnyaWaste to Profit: Techno-EconomicsAnalysis dari Pemanfaatan Palm Oil Mill Effluent sebagai Biogas di Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Mohon masukkan komentar Anda
Mohon masukkan nama Anda