Untuk peneliti Internal Lingkup PT Riset Perkebunan Nusantara
Bogor, (2/6) PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) merupakan corporate yang memiliki core riset dan pengembangan sehingga akan sulit memperoleh kinerja sebagai perusahaan jika inovasi hasil riset belum terserap di pasar, baik di dalam maupun di luar negeri, hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT RPN, Dr. Iman Yani Harahap dalam Webinar berjudul Komersialisasi Teknologi pada (2/6). Webinar ini dilaksanakan sebagai komitmen bersama PT RPN dan Pusat Penelitian lingkup RPN untuk mengkomersialisasikan hasil riset bagi para peneliti baik senior maupun junior.
Dalam pemaparannya, Dr. Iman Yani Harahap mengatakan bahwa persyaratan teknis dan finansial dalam komersialisasi hasil riset dan teknologi haruslah memiliki aplikasi yang tidak rumit dibandingkan inovasi sebelumnya sehingga dapat diaplikasikan oleh masyarakat, handling nya juga tidak sulit serta implementasi dari hasil riset ini dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan potensi ekonomi yang akan bermanfaat secara luas baik bagi peneliti, pelaku industri dan masyarakat. Diharapkan hasil inovasi dan teknologi ini mampu meningkatkan daya saing industri Indonesia baik di dalam negeri, pasar domestik maupun mancanegara. PT RPN sendiri lanjutnya, telah memiliki sistem penilian terhadap status riset dan inovasi yang ada yaitu yang disebut TRL (Technology Readiness Level). Saat ini status riset PT RPN yang berada pada TRL 1-6 yaitu teknologi awal berjumlah 41, TRL 7-9 yaitu teknologi yang memerlukan Scale-up berjumlah 18, dan teknologi siap aplikasi berjumlah 30, dengan proporsi 50% pada teknologi penyediaan benih unggul, 25% teknologi produk, 22% jasa dan 3% pada bidang ekonomi dan kebijakan.
Dalam webinar komersialisasi teknologi menghadirkan dua narasumber yaitu Dr. Misnawi yang merupakan SEVP Operation II PT RPN sekaligus Ketua Majelis Asesor peneliti, dan Ahmad Gozali S. Sinaga, M.Si., Apt yang merupakan peneliti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang telah mengkomersialisasikan hasil penelitiannya dalam bidang kosmetik yaitu Guineensis. Kedua narasumber menegaskan pentingnya peneliti PT RPN untuk mengkomersialisasikan hasil risetnya agar dapat dirasakan oleh masyarakat luas, yang terpenting menurut mereka inovasi yang akan dikembangkan haruslah memiliki pasar dan dibutuhkan oleh pasar. Dr. Misnawi menjelaskan bahwa PT RPN akan menjadi jembatan bagi para peneliti untuk masuk ke dunia komersial bagi penelitian-penelitiannya dengan menjadi fasilitator bagi inovasi yang diciptakan.
‘’Inovasi yang di maksud tidak perlu merupakan produk baru tetapi bisa dalam bentuk produk yang telah dimodifikasi karena inovasi adalah proses membuat sesuatu yang baru atau melakukan sesuatu dengan cara baru, sehingga berbicara mengenai inovasi kita tidak hanya melihat dari modelnya saja tetapi lebih kepada fungsinya” papar Ahmad Gozali S. Sinaga. Pernyataan terakhir dari peneliti PPKS ini menutup sesi webinar adalah “Jika invensi adalah kerikil yang dilempar ke kolam, maka inovasi adalah ombak kecil atau gerakan air yang disebabkan oleh invensi, seseorang yang melempar kerikil adalah inventor, dan seseorang harus mengenali ombak kecil (gerakan air) yang pada akhirnya akan menjadi gelombang adalah seorang innovator, sehingga hal sekecil apapun bisa jadi inovasi maka yang perlu adalah memulai”